7 Raksasa Fesyen yang tersebut Sumbang Limbah Terbesar di Global

7 Raksasa Fesyen yang tersebut yang disebutkan Sumbang Limbah Terbesar ke Global

Daftar Isi
  • 1. ZARA
  • 2. H&M
  • 3. Forever 21
  • 4. Uniqlo
  • 5. Shein
  • 6. Mango
  • 7. ASOS

Jakarta – Sekurangnya tujuh merek fast fashion global tercatat sebagai penyumbang utama pencemaran lingkungan, mulai dari limbah tekstil, emisi karbon, hingga limbah air. Industri ini memproduksi hingga 92 jt ton limbah tekstil setiap tahun, juga jumlahnya diperkirakan melonjak berubah jadi 134 jt ton pada 2030.

Selain itu, fast fashion juga menyumbang sekitar 10% emisi karbon global juga 20% limbah air dunia. Meski beberapa merek mengeklaim telah terjadi menerapkan praktik berkelanjutan, laporan terbaru yang mengutip Earth.org, pada Hari Senin (19/5/2025) mengungkap, tujuh perusahaan fast fashion global berikut masih berkontribusi besar terhadap pencemaran lingkungan.

1. ZARA

Raksasa fashion selama Spanyol ini dikenal sebagai pelopor fast fashion. Dengan lebih lanjut dari 450 jt produk-produk per tahun, Zara memiliki salah satu tingkat pergantian desain tercepat di dalam dunia.

Meski berjanji menggunakan material berkelanjutan kemudian memiliki target netral karbon pada 2040, rantai pasok Zara terus miliki jejak karbon besar juga belum menunjukkan upaya nyata memperlambat laju produksinya.

2. H&M

Sebagai peritel fesyen terbesar kedua ke dunia, H&M telah lama lama dikritik dikarenakan limbah tekstilnya yang digunakan masif lalu dugaan pelanggaran hak pekerja. Meski telah dilakukan meluncurkan koleksi “Conscious” serta acara daur ulang, praktik keberlanjutannya dinilai masih minim transparansi, lalu sebagian pihak menuding H&M melakukan greenwashing.

3. Forever 21

Perusahaan selama Negeri Paman Sam ini banyak memproduksi pakaian dari serat sintetis yang mana tidaklah dapat terurai atau didaur ulang. Investigasi menunjukkan pekerja garmen belaka dibayar US$4 per jam, sangat di dalam bawah upah minimum. Forever 21 juga belum menyetujui secara resmi Bangladesh Accord, sebuah inisiatif keselamatan kerja pada sektor garmen.

4. Uniqlo

Meski populer dikarenakan nilai tukar terjangkau, Uniqlo masih menggunakan berbagai material sintetis seperti rayon dan juga poliester yang memperparah polusi mikroplastik. Uniqlo juga tercatat pernah menahan pembayaran pesangon senilai US$5,5 jt terhadap pekerjanya dalam Indonesia. Meskipun ada kegiatan donasi pakaian, laporan menunjukkan target pengurangan karbonnya belum transparan.

5. Shein

Dikenal luas ke kalangan Gen Z, Shein merilis beratus-ratus item baru setiap hari serta mengirimkan lebih lanjut dari 36 jt pon pakaian per tahun. Perusahaan ini kerap dituding melanggar hak cipta, mencatut desain brand lain, juga menyesatkan rakyat perihal keadaan pabrik. Upaya keberlanjutannya seperti kampanye “Our Planet” dinilai masih sangat minim kemudian tanpa komitmen jelas terhadap komponen ramah lingkungan.

6. Mango

Mango berubah jadi sorotan usai terlibat pada tragedi runtuhnya pabrik di dalam Bangladesh pada 2013 yang mana menewaskan lebih tinggi dari 1.000 orang. Meski saat ini menggunakan 44% material berkelanjutan, Mango belum menetapkan target pengurangan emisi di rantai pasoknya.

7. ASOS

ASOS menambah lebih lanjut dari 7.000 hasil baru setiap minggu, dengan kualitas yang digunakan banyak diragukan konsumen. Meski sempat berjanji mengempiskan emisi karbon pada 2020, laporan mengatakan belum ada bukti nyata mengenai kemajuan atau inisiatif pengurangan pengaplikasian air di rantai produksinya.

Artikel ini disadur dari 7 Raksasa Fesyen yang Sumbang Limbah Terbesar di Dunia