Desa Berperan Penting pada Pengentasan Kemiskinan Berbasis Budaya

Desa Berperan Penting pada Pengentasan Kemiskinan Berbasis Budaya

JAKARTA Pengentasan kemiskinan di dalam Indonesia membutuhkan pendekatan yang tersebut lebih besar kontekstual dan juga berbasis budaya. Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin), Budiman Sudjatmiko menilai desa merupakan ujung tombak pada upaya ini sebab miliki pemahaman mendalam terhadap budaya serta antropologi masyarakat, yang mampu mengurai persoalan kemiskinan secara efektif.

Hal itu disampaikan Budiman Sudjatmiko di peresmian Kantor DPP kemudian Rumah Singgah Desa Bersatu dalam kawasan Jeruk Purut, DKI Jakarta Selatan, Rabu (19/3/2025). Menurutnya, selama ini pendekatan pengentasan kemiskinan cenderung teknokratik juga finansial. “Sudah saatnya pengatasan kemiskinan harus diikat dengan cara budaya,” ujar Budiman.

Ia juga menekankan pentingnya menyeimbangkan standar universal kesejahteraan dengan kondisi spesifik setiap tempat dan juga suku di dalam Indonesia.

Budiman mengungkapkan bahwa strategi pengentasan kemiskinan selama ini berpusat pada afirmasi, advokasi, serta proteksi melalui inisiatif bantuan sosial seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) kemudian Rencana Keluarga Harapan (PKH). Meski bermanfaat, ia menggarisbawahi perlunya pendekatan yang mana lebih lanjut berkelanjutan.

“Pendekatan sebelumnya seperti memberikan pelampung agar publik tidak ada tenggelam, tetapi sekarang ini kita perlu menyediakan perahu agar mereka mampu bergerak menuju hidup yang mana tambahan baik,” katanya.

Sembilan Perahu untuk Masa Depan Lebih Baik

BP Taskin merancang strategi baru dengan menghadirkan sembilan sektor utama sebagai perahu bagi rakyat miskin agar dapat meninggalkan dari ketergantungan pada bantuan sosial. Sektor-sektor yang dimaksud meliputi pangan, energi baru juga terbarukan, perumahan, pendidikan, teknologi digital, lapangan usaha kreatif, kesehatan, pengolahan, kemudian transportasi.

Saat ini, pemerintah telah lama mengembangkan tiga sektor melalui inisiatif makan bergizi gratis, pembangunan 3 jt rumah per tahun, kemudian Sekolah Rakyat Miskin Berasrama. Menurut Budiman, enam sektor lainnya membutuhkan pengelolaan strategis dengan melibatkan desa sebagai ujung tombak.

“Melalui koperasi desa, BUMDes, dan juga perangkat desa, warga miskin dapat memanfaatkan sektor-sektor yang dimaksud secara produktif, sehingga mereka tidaklah hanya saja menerima bantuan tetapi juga berdaya secara ekonomi,” ujarnya.

Dengan fokus pada pendekatan berbasis budaya juga kolaborasi sektor ekonomi yang digunakan kuat, BP Taskin berharap strategi ini dapat menciptakan inovasi signifikan pada pengentasan kemiskinan di dalam Indonesia. Desa diharapkan menjadi motor penggerak utama di mewujudkan rakyat yang dimaksud lebih besar sejahtera.