Ibukota Indonesia – Sepak bola Asia sudah pernah mengalami perubahan signifikan di beberapa tahun terakhir, dengan beragam inisiatif kemudian penanaman modal yang digunakan bertujuan untuk meningkatkan kualitas juga daya saing pada kancah global. Namun, pertanyaannya terus "mampukah Asia menyaingi dominasi tradisional Eropa juga Amerika Selatan di sepak bola dunia?"
Investasi besar-besaran di Timur Tengah
Salah satu perkembangan paling mencolok adalah penanaman modal besar-besaran yang mana direalisasikan oleh negara-negara Timur Tengah, khususnya Arab Saudi. Turnamen Pro Saudi sudah pernah mendebarkan perhatian bumi dengan merekrut peserta bintang seperti Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, Roberto Firmino, hingga Sadio Mané.
Investasi ini bukan belaka meningkatkan profil liga domestik tetapi juga memberikan dampak positif bagi sepak bola Asia secara keseluruhan. Presiden Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), Sheikh Salman bin Ibrahim Al Khalifa, menyatakan bahwa penampilan pemain kelas planet di dalam klub-klub Saudi akan memberikan kegunaan besar bagi sepak bola Asia dengan mentransfer pengalaman serta standar profesionalisme yang dimaksud besar ke liga-liga nasional lainnya dalam benua ini.
Menurut peringkat yang mana dirilis oleh Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) untuk musim 2024/2025, liga-liga terbaik pada Asia adalah sebagai berikut:
- Arab Saudi (109.054 poin)
- Jepang (102.153 poin)
- Korea Selatan (89.990 poin)
- Uni Emirat Arab (71.653 poin)
- Iran (68.312 poin)
Arab Saudi menempati sikap teratas berkat performa impresif klub-klub seperti Al-Hilal, Al-Nassr, kemudian Al-Ittihad dalam kompetisi kontinental. Negeri Sakura juga Korea Selatan juga menunjukkan konsistensi melalui klub-klub seperti Urawa Red Diamonds juga Jeonbuk Hyundai Motors.
Peningkatan infrastruktur dan juga kompetisi klub
Selain pembangunan ekonomi pada pemain, peningkatan infrastruktur sepak bola juga berubah jadi fokus utama. FIFA, melalui inisiatif Forward, sudah pernah menyokong pengembangan infrastruktur di dalam seluruh Asia, termasuk perkembangan 112 lapangan baru serta peluncuran 31 liga domestik. Inisiatif ini memberikan tambahan dari 18.000 pemain wanita lalu 98.000 pemain pria kesempatan untuk berkompetisi dan juga berprogres pada lingkungan yang digunakan tambahan profesional.
Lebih lanjut, FIFA Club World Cup 2025 yang digunakan akan diadakan pada Amerika Serikat diharapkan berubah menjadi era baru bagi sepak bola klub, dengan partisipasi empat klub Asia: Ulsan HD (Korea Selatan), Urawa Red Diamonds (Jepang), Al Hilal SFC (Arab Saudi), kemudian Al Ain FC (Uni Emirat Arab). Kompetisi ini diharapkan dapat meningkatkan inklusivitas juga solidaritas pada sepak bola klub global.
Kolaborasi regional dan juga pengembangan sumber daya manusia
Kolaborasi antara FIFA lalu negara-negara ASEAN juga menunjukkan komitmen untuk mentransformasi sepak bola dalam kawasan tersebut. Dengan pengaktifan kantor FIFA dalam Ibukota pada November 2023, disertai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan ASEAN, diharapkan sinergi antara pemangku kepentingan sepak bola di Asia Tenggara dapat ditingkatkan. Langkah ini mencakup workshop serta inisiatif yang mana berfokus pada tata kelola keuangan dan juga pengembangan kapasitas.
Selain itu, kegiatan FIFA Football Executive Programme yang digunakan diselenggarakan ke DKI Jakarta pada Mei 2024 melibatkan perwakilan dari 29 asosiasi anggota FIFA di Asia lalu Oseania. Proyek ini bertujuan untuk membekali para eksekutif sepak bola dengan pengetahuan juga keterampilan di pengelolaan organisasi sepak bola, diantaranya perencanaan anggaran, pengadaan, juga manajemen krisis.
Fokus pada pengembangan usia dini kemudian manajemen olahraga
Di tingkat nasional, beberapa negara Asia telah lama menjalin kerja sebanding internasional untuk meningkatkan kualitas sepak bola mereka. Di Indonesi sendiri, Kementerian Pemuda dan juga Olahraga (Kemenpora) bekerja serupa dengan La Turnamen Asia untuk mengembangkan pembinaan usia dini dan juga manajemen olahraga.
Menteri Pemuda juga Olahraga, Dito Ariotedjo, menekankan pentingnya pembinaan sepak bola dari tingkat akar rumput serta berharap sinergi ini dapat meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia.
Tantangan juga prospek ke depan
Meskipun terdapat kemajuan signifikan, tantangan masih ada. Dominasi tradisional Eropa serta Amerika Selatan di sepak bola planet bukanlah sesuatu yang mana simpel untuk diatasi. Namun, dengan penanaman modal yang digunakan berkelanjutan di infrastruktur, pengembangan pemain muda, peningkatan standar liga domestik, dan juga kolaborasi regional yang erat, Asia memiliki peluang untuk mempersempit kesenjangan tersebut.
Inisiatif seperti peningkatan jumlah keseluruhan slot untuk grup Asia di dalam Piala Bumi FIFA dari empat bermetamorfosis menjadi delapan regu juga memberikan potensi lebih tinggi besar bagi negara-negara Asia untuk berkompetisi pada level tertinggi. Hal ini diharapkan dapat mengupayakan penanaman modal lebih tinggi lanjut serta meningkatkan standar sepak bola di dalam seluruh benua.
Secara keseluruhan, sepak bola Asia berada pada jalur yang tepat menuju metamorfosis yang mana signifikan. Melalui komitmen dari beragam pemangku kepentingan dan juga dukungan dari organisasi internasional seperti FIFA, masa depan sepak bola Asia tampak cerah. Namun, perjalanan menuju tingkat kompetitif yang mana setara dengan Eropa juga Amerika Selatan memerlukan upaya berkelanjutan, strategi yang digunakan tepat, serta dedikasi dari semua pihak yang tersebut terlibat.
Artikel ini disadur dari Melihat peta kekuatan sepak bola Asia di 2025: Mampukah bersaing?